Arah Yang Tak Ada di Mata Angin
Hujan di Surabaya 1 Jan 15
Seketika air ditumpahkan
Tuhan dari langit. Deras dan semakin deras.
Rupanya memang hujan belum mau bersahabat dengan kita, karena hingga kini belum sekali pun hujan kulalui bersamamu.
Rupanya memang hujan belum mau bersahabat dengan kita, karena hingga kini belum sekali pun hujan kulalui bersamamu.
Lalu semua buram. Jarak pandangku
memendek. Jalanan di depan tak terlalu jelas terlihat.
Seperti ketika kita
berjalan bersama menuju arah yang tidak ada di mata angin. Aku bertanya, akan
ke mana kita? Hanya canda dan gelengan yang kudapat. Aku bertanya lagi, ke mana
kita? Dan kedua kalinya gelenganmu meretas temali harap. Aku lalu mengerti kamu
ingin berjalan sendiri. Sendiri? Entahlah. Setidaknya bukan denganku.
Jalanan berputar. Takdir
mempertemukan kita kembali. Atau barangkali kakiku lah yang memang selalu
menujumu? Entah. Setahuku aku sengaja menghindarimu agar kita tak saling
menghalangi. Tapi ternyata kita bertemu. Kita duduk bersama dan bercanda lagi.
Lalu kau mulai berjalan. Aku? Ikut atau berhenti?
Karena tak mungkin kau
bermain-main setelah tahu seberapa sakit yang kurasakan akibat perpisahan. Kita
berjalan cepat. Aku merasakannya. Cepat bagiku...meski amat lambat bagi orang
lain. Aku bertanya, ke mana kita kali ini? Tapi pertanyaan itu hanya terucap di
hati.
Kita terus berjalan. Menuju
arah yang tidak ada di mata angin.
#reinhaart
#misszafriana
Posting Komentar untuk "Arah Yang Tak Ada di Mata Angin"