Benarkah Seluruh Toko Buku Akan Tutup pada 2020?
Perkembangan internet mengubah gaya hidup
masyarakat. Internet memengaruhi semua aspek kehidupan, sehingga
berbagai hal berubah begitu drastis. Awal 2000-an lalu, banyak
perusahaan media cetak di AS gulung tikar, salah satunya akibat wabah
internet. Termasuk media yang sangat terkemuka – Majalah Times. Orang
zaman sekarang lebih suka membuka smartphone, membaca secara online,
dibanding membaca lewat media konvonsional seperti koran, majalah atau
buku.
Fakta-fakta tersebut tentu sangat mengkhawatirkan buat sebagian
kalangan, terutama para pengusaha dan praktisi di bidang terkait.
Industri buku tidak terkecuali. Sejak awal 2000-an itulah, electronic
book (e-book) mulai mengganti peran buku konvensional. Sejumlah data
menunjukkan bahwa grafik penjualan e-book terus meningkat dari waktu ke
waktu. Sedangkan grafik penjualan buku biasa, cenderung stagnan bahkan
turun. Hal ini terjadi terutama di negara-negara maju seperti di kawasan
Eropa dan Amerika Utara.
Siapa sajakah yang akan terpengaruh?
Baca juga :
Baca juga :
- Penerbit buku.
Penerbit buku zaman sekarang tidak hanya fokus pada penjualan buku
konvensional. Mereka juga harus memikirkan penjualan lewat internet
(baik menjual buku konvensional maupun e-book). Penerbit juga mulai
meminta hak edar dalam bentuk e-book kepada penulis. Gramedia dan
sejumlah penerbit besar, dalam kontrak dengan penulis sudah mencantumkan
klausul tersebut. Bahkan mereka juga sudah punya toko buku online yang
menjual e-book.
- Distributor buku
Pada saatnya nanti, distributor sudah tidak dibutuhkan lagi. Apa yang
mau didistribusikan jika sebagian besar buku berbentuk e-book? Di
negara maju, perkiraan hal itu terjadi dalam waktu tidak terlalu lama
lagi. Sedangkan di negara berkembang, mungkin masih akan berlangsung
lebih lama.
- Toko buku
Toko buku konvensional seperti Gramedia, Gunung Agung, Kharisma,
Togamas dan lain sebagainya, harus bersiap-siap menghadapi perubahan
gaya hidup masyarakat. Buku konvesional makin tidak dilirik lagi, karena
akses internet yang kian terbuka. E-book akan menjadi primadona, dan
masyarakat pasti bakal meninggalkan toko buku. Perkiaraan dari sejumlah
praktisi di Eropa dan Amerika, toko buku konvensional di sana akan
berguguran secara drastis pada 2020. Perkiraan itu didukung sejumlah
fakta, bahwa jumlah toko buku di sejumlah negara maju seperti Inggris,
terus menerus berkurang karena kekurangan pembeli. Bagaimana dengan di
Indonesia? Mungkin terlalu cepat jika menyebut tahun 2020. Tapi biasanya
apa yang menjadi tren di luar negeri, akan juga merambat imbasnya di
Indonesia.
- Penulis buku
Penulis buku juga terpengaruh. Tetapi pengaruhnya lebih ringan
dibanding para pelaku bisnis di penerbitan, distributor dan toko buku.
Penulis hanya tinggal mengubah bentuk bukunya saja, tanpa harus mengubah
terlalu banyak cara kerja penulisannya. Bagi penulis, tidak masalah
hasil karyanya dijual dalam bentuk buku konvensional atau buku
elektronik (e-book).
Sesungguhnya perubahan apapun selalu membawa berkah. Hidup ini memang
selalu berubah. Tak ada yang abadi. Seperti cicak yang lebih hebat
dalam beradaptasi dibanding dinosaurus. Begitupun para pelaku bisnis dan
praktsi di industri perbukuan harus pandai-pandai beradaptasi dengan
perubahan.
Selamat beradaptasi!
Dodi Mawardi
Penulis Profesional & Praktisi Perbukuan
Sumber : http://ilmumenulis.com/?p=244
Posting Komentar untuk "Benarkah Seluruh Toko Buku Akan Tutup pada 2020?"