Petarung yang Terluka
Oleh : Syifa Radhiya
![]() |
Aku hanya sekecil atom, yang tiada apa-apanya di
dunia ini
Bahkan hingga detik ini ..
Aku hanya terlahir , untuk sebuah takdir yang
menyakitkan !
Hanya akan ada sandiwara yang nyata .
Tetapi , aku selalu percaya ..
Mau bagaimanapun ,
Tuhan berkehendak atas segalanya .
Tuhan berkehendak atas segalanya .
I just can hope … , more !
# # # # #
Lagi – lagi aku hanya
bisa tertunduk bisu , saat kedua mata itu menatapku untuk ke sekian kalinya
selama ini . Aku tidak pernah tahu kenapa . Bahkan hingga detik ini . Kadang
aku bertanya-tanya , kenapa harus selalu begini ? Bukankah tatapan itu , sama
dengan tatapannya pada yang lain ? Entahlah . Aku terlalu bijak untuk semua
yang pernah terjadi di hidupku ini . Bahkan semuanya hanya akan ada kasat mata
yang tak terduga .
Kualihkan pandanganku
dari kedua mata itu . Menatap riuhnya suasana di luar jendela . Hanya ada hujan
yang turun dengan perlahan . Membasahi dedaunan yang kehausan , untuk beberapa
saat . Melihatnya jatuh , setidaknya membuatku sedikit berdamai dengan raksa
waktu . Membiarkan kedua mataku menatapnya jatuh dari langit . Hujan selalu
membuatku begini .Tetapi ,aku sadar . Aku sadar kalau hujan yang jatuh kini ,
sama dengan hujan yang jatuh sebelumnya .Rinainya tak pernah berbeda . Dan
ketika hujan itu juga , aku juga menyadari , bahwa sebuah masa lalu itu ,
ternyata sulit untuk dilupakan .
Mungkin benar kata
orang-orang . Sekali kita pernah menyerah , maka percayalah , itu adalah hal
terburuk yang pernah dilakukan selama kita masih diberi waktu untuk bernafas .
Setidaknya , hanya kata-kata itu yang bisa membuatku untuk tetap bisa bertahan
. Melecut semangatku dari waktu ke waktu . Aku hanya ingin tidak menyesal lagi
.
Kini , aku bukanlah
seperti dulu lagi . Aku hanya seorang gadis berusia 17 tahun , yang baru saja
lari dari sebuah masa lalu . Kau tahu kenapa aku harus lari ? Karena aku tahu ,
aku tidak bisa bertahan . Dan , aku juga lari dari kota yang melukis kasar masa
lalu itu . Terlalu naïf untuk seorang gadis sepertiku .Tetapi , itulah yang
terjadi . Pengembaraan kehidupan ini , terkadang memang membutuhkan sebuah
keterpaksaan .
Aku tahu semua ini
hanyalah sebuah kesalahan .Tetapi , siapa sangka , aku tidak bisa berdaya ,
walau kesalahan itu memang telah sirna . Aku hanya bisa menunduk , memohon doa
pada Tuhan .Walaupun doa itu tidak pernah kunjung di kabulkan . Setidaknya ,
saat ini , menyenangkan hatiku saja sudah cukup dengan berdoa padaNya .
Hujan yang jatuh satu
persatu , mengembun di kaca jendela kelasku . Semakin lama , pandanganku
menatap hujan semakin samar . Tetapi , aku tidak bisa beranjak dari tempat
duduk ini . Walaupun pelajaran telah usai beberapa detik yang lalu . Aku hanya
ingin mendiamkan waktuku untuk sementara . Walau sejatinya aku telah berlari
dari masa lalu itu , tetapi , siang ini aku tidak bisa berlari lagi .
Semuanya telah
kembali .
Aku hanya bisa
terhenyak utuk beberapa saat , saat pemilik wajah itu memanggilku kemarin sore
. Tepat di depan apartemenku , semuanya kembali hadir .
Masa lalu itu . Dan
penyesalan itu .
Apakah aku salah ,
untuk bersandiwara seperti ini di kehidupanku ?
Kurasa tidak .
Hahhh , sudahlah .
Aku tidak mau berpikir panjang tentang semua itu . Aku sudah berjanji . Dan
janji itu tak akan ku ingkari lagi . Apapun yang terjadi .
“Audrey … ! “
Seseorang memanggilku . Seketika itu juga lamunanku buyar . Membuat jantungku
sedikit berdesir .
Tanpa pikir panjang ,
segera ku alihkan pandanganku dari rinai hujan yang jatuh menampar dedaunan dan
tanah itu . Ku balikkan sedikit punggungku .
Kini , aku tahu siapa
yang baru saja menyebut namaku tadi . Dia tersenyum tipis saat kedua mataku
tepat bertatapan dengan kedua matanya . Untuk beberapa detik , aku membeku .
Lidahku kelu untuk mengucapkan satu kata .
Dia .
Dia pemilik kedua
mata itu . Kedua mata yang penuh sihir . Yang selalu membuatku tertunduk bisu .
Namanya , Nathan
Havka . Dia hanya seorang anak baru di kelas ini . Beberapa minggu yang lalu .
Dan sejak itulah , aku mempunyai tingkah baru yang tidak dapat ku artikan
sebagai apa . Mungkin terdengar lucu .Tetapi , aku selalu tertarik menatap
kedua matanya itu . Walaupun terkadang ia tidak menyadarinya .
Dan kini , aku hanya
bisa terdiam . Menatapnya bisu . Dia melangkah mendekati jendela yang tepat di
sampingku . Entah apa yang akan ia lakukan .
“Apa kau baik-baik
saja ?” Anak rambutnya menari . Dibawa angin yang semilir bertiup . Dari
tempatku duduk , aku bisa melihat raut wajahnya dengan jelas . Kedua tangannya
ia masukkan ke dalam saku jaket hijau daunnya . Tampak seperti seorang yang
menyimpan penuh rahasia . Dan memang nyatanya , ia belum tampak hadir di kelas
ini .
Dahiku berkerut saat
pertanyaan aneh itu dilayangkannya padaku .Berpikir ,apakah ia baik-baik saja ?
Nathan memainkan jari
telunjuknya di kaca .Perlahan , sedikit demi sedikit embun yang menutupi ,
berubah menjadi arah jari telunjuknya . Entah akan membentuk apa .
“Kenapa kau belum
pulang ? “ Dia bertanya lagi . Kembali membuyarkan lamunanku yang mengikuti
arah jari telunjuknya .
“Ada perlu apa ? Apa
pedulimu ?!“ Aku tertawa di dalam hati . Ternyata
, aku berhasil menjawab pertanyaannya . Ku usahakan untuk tetap santai .
Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti .
Nathan tertawa pelan
. Kembali ia menatapku .Lama . Sangat lama . Dan tentu , aku hanya bisa
tertunduk bisu . Aku tidak pernah bisa membalas tatapannya itu .Ada apa dengan kedua matanya itu ?!
“Kau tidak perlu
cemas . Kedua mataku baik-baik saja .“ Seakan dia bisa membaca pikiranku yang
berkelabat tentangnya . Dan dia kembali tersenyum . Bisa kulihat dari sudut
mataku yang terus mengawasinya .Kupikir , dalam sehari ia akan tersenyum
berjuta-juta kalinya .Entahlah.
Aku hanya mengangkat
bahu pelan . Menghela nafas . Melirik suasana di luar jendela untuk beberapa
detik . Hujan sudah reda . Walaupun langit masih tampak gelap berkelabut . Aku
harus segera kembali ke apartemen . Waktuku tidak banyak .
“Aku
tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama disini . Dan aku harus segera
kembali . ” Tanpa perlu jawabannya , aku segera bangkit dari tempat dudukku .
Berniat segera meninggalkan kelas ini .
“Audrey
!” Lagi-lagi ia memanggilku . Langkahku terhenti . Menunggunya kembali bersuara
. Dia menyamai posisinya denganku . Dan aku sadar , ternyata dia cukup tinggi .
Mungkin memang tidak terlalu jauh dari tinggiku . Sekitar dua jengkal dariku .
“Maaf
jika membuatmu cemas . Tentu aku tahu itu ! Begitu terlihat dari raut wajahmu
sedari tadi .” Dia menghela nafas pelan . Seperti akan mengatakan sebuah
kalimat yang sangat menegangkan .
“
Tetapi , jaga dirimu baik-baik . Aku tahu masa lalumu masih mengejarmu .Aku
tahu itu .. . “ Aku terhenyak untuk beberapa detik , saat mendengar kata-kata
di akhir kalimatnya . Benar-benar terdiam seribu bahasa . Tiba-tiba aku kembali
menunduk . Mengatur nafasku yang saling berkejaran satu persatu .
Tuhan .. , aku masih takut …
“Kau
tidak perlu menangis sekarang . Aku bisa membantumu . Walau nyawaku akan jadi
taruhannya . Dan .. , kau tidak perlu bertanya . Kenapa aku bisa tahu semua ini
, dan kenapa aku bersedia membantumu . Anggap saja , aku adalah salah satu
teman mu di masa lalu itu . Walau sebenarnya tidak .” Dia melirikku yang
tertunduk bisu . Aku tahu , ini sungguh memalukan . Untuk apa aku menunduk ?
Tetapi , aku tidak bisa menahannya . Aku takut , jika aku tidak menunduk , dia
akan tahu , kalau air mataku , sudah mengalir .
“Audrey …
, ” dia kembali memanggilku . Membuat air mataku semakin mengalir dengan
perlahan . Aku tidak tahu kenapa . Dan aku tidak peduli lagi , bagaimana
tatapannya saat ini padaku .
“Sudahlah
.., kau tidak perlu mengeluarkan air matamu . Biar kau simpan saja air matamu
itu saat kau benar-benar kehilangan semuanya . Percayalah , semuanya akan
baik-baik saja . ” Nathan menyodorkan sebuah sapu tangan yang sewarna dengan jaketnya
padaku . Aku hanya menggeleng pelan . Tidak bisa berkata apa-apa . Aku hanya
ingin mengatakan padanya , aku baik-baik saja . Tapi , terlalu sulit . Air
mataku terlalu buas untuk membasahi wajah ini . Yang ada , aku tetap menunduk .
Ku tutup kedua mataku . Tidak ingin melihat apa yang sedang dilakukannya .
Tetapi
, tak berapa lama , ia memegang daguku . Membuatku jantungku kembali berdesir .
Sama seperti saat ia memanggilku tadi , dan untuk pertama kalinya ia
memanggilku selama ini . Nathan mengangkat wajahku yang tertunduk . Walau aku
tidak bisa melihatnya , tetapi , aku tahu , dia ingin segera menghapus air mata
ini . Dan aku sadar , dia tidak bisa membiarkan seorang gadis menangis di
hadapannya .
Dengan
damai , ia menghapus air mataku perlahan . Segera ku buka kedua mataku .
Tangannya terhenti begitu mataku benar-benar sudah terbuka . Menjauhkan
tangannya yang menggenggam sapu tangan itu dari wajahku . Ku tatap wajahnya
yang kini tersenyum tulus .
Akhirnya
aku tahu , kenapa aku selalu tertunduk saat menatap kedua matanya . Dia
mempunyai mata bulat sipit yang indah , dengan senyum di bibirnya yang tulus .
Dan aku , akan selalu salah tingkah jika ia tersenyum . Walau , aku tidak
menatap senyumnya . Tetapi , hanya matanya . Dan matanya , tidak sama dengan
kedua mata di masa lalu itu .
“Baiklah
. Seperti yang kau katakan tadi , kau tidak mempunyai banyak waktu saat ini .
Oleh karna itu , kembalilah segera ! Dan .. , simpan air matamu itu . “ Dia
memasukkan sapu tangan itu ke sela-sela jariku . Beranjak meninggalkanku , yang
hanya membisu .
Ku
hapus air mata yang membasahi wajahku tadi . Beranjak meninggalkan kelas dan
ingin segera tiba di apartemen . Aku telah kehilangan beberapa menit . Tetapi ,
tak apa . Akhirnya aku tahu siapa dia . Walau hanya setipis debu .
Angin
terasa begitu dingin . Aura hujan yang baru berhenti , masih bermain di udara .
Aku benar-benar kedinginan . Hanya butuh beberapa menit saja aku berjalan untuk
kembali pulang ke apartemen . Memang tidak terlalu jauh . Tetapi , jalanan
menujunya begitu sepi .
Ku
lempar bag kecilku ke atas bed , begitu aku telah tiba di kamar apartemen . Tak
peduli dimana ia akan terjatuh . Ku baringkan punggung yang begitu lemah ini di
atas bed . Menghela nafasku dengan pelan . Ku tatap langit-langit kamar yang di
hiasi gantungan menara-menara di seluruh dunia . Salah satunya , menara yang
ada di negri impianku , Rusia . I wish it
always …
Nitt
…
Satu
pesan baru saja masuk ke inbox ponsel ku . Tanpa menunggu , segera ku buka
inbox . Satu pesan dari nomor yang tidak di ketahui .
Kau masih bisa membalas senyumku
. Walaupun , kau tidak bisa membalasnya .
Tetapi , aku hanya ingin itu .
Detik saat kau membalas senyumku
.
Aku tahu , kau sulit tersenyum .
Hanya karena sebuah masa lalu yang tak bisa di lupakan .
Tetapi , percayalah Audrey !
Seperti yang kubilang tadi , aku
bisa membantumu …
Nathan_The Autumn
Aku
terdiam . Ternyata sebuah pesan dari pemilik mata indah itu . Ku hela nafasku
berulang kali . Berusaha untuk percaya , kalau masih ada orang yang ingin
membantuku , setelah semuanya terjadi . Tetapi , ku harap , aku tidak akan
menyesal lagi . Walaupun akan menjadi penyesalan yang berbeda .
Aku
hanya ingin melupakannya . Masa lalu itu . Tetapi , ternyata begitu sulit . Apakah dia memang benar-benar bisa
membantuku ?! Entahlah . Ku pastikan , aku tidak akan menyesal lagi .
Ku
tutup kedua mataku perlahan . Pikiranku melayang . Membawaku ke masa lalu itu .
# # # # #
Beberapa
bulan yang lalu , di kota penuh masa lalu itu .
“Tidak
! Aku berjanji .. , aku berjanji akan menyelesaikannya .. , aku berjanji … !”
Air mataku jatuh membasahi wajahku yang letih ini . Pertengkaran dengannya ,
benar-benar membuatku tidak bisa mengendalikan emosi . Aku tahu , dia bisa saja
meninggalkanku . Pergi untuk selamanya . Tapi , aku masih selalu berharap , dia
( tidak ) melakukannya . Walaupun hanya sebuah kemungkinan yang sangat kecil .
Matanya
terus menatapku sedari tadi dengan tegas . Aku selalu takut pada kedua mata itu
. Kedua mata yang selalu ingin mengawasiku . Tapi , hanya seperti
membinasakanku .
Ia
melempar remukan kertas yang ada di tangannya ke hadapanku . Aku yang jatuh
terduduk , hanya bisa menangis dalam bisu .
“Kau
tahu , ku kira aku akan melihat langit
yang indah . Ternyata , aku salah sangka ! “ Nafasnya memburu . Keringatnya
bercucuran satu persatu . Ini pertengkaran , yang entah untuk ke berapa kalinya
.
Aku
dan dia , hanya teman . Bahkan tidak lebih , tidak kurang . Tapi , bukan
berarti aku dan dia hanya teman yang tak ada artinya . Aku dan dia , adalah
teman yang selalu berusaha mencari arti kehidupan . Berusaha untuk mendapatkan
impian , walau akan satu-persatu di genggam . Aku , begitu juga dia , mempunyai
mimpi , sama seperti manusia lainnya . Tetapi , aku dan dia , selalu tampak
berbeda .
Aku
, dulu , hanya mempunyai sebuah mimpi . Hanya mimpi konyol yang mungkin tak ada
gunanya . Tapi , aku selalu berharap , aku bisa menggenggamnya segera . Walau
akan ada sebuah elegi yang menyakitkan . Aku tahu itu . Termasuk dia . Dia yang
juga membanting mimpiku habis-habisan . Tapi aku selalu berkata kepadanya , aku
berjanji untuk menggenggamnya segera . Berjanji , tak akan bermain-main dengan
mimpi itu . Oleh karna itu , ia akhirnya mengikuti janjiku . Membantuku , untuk
mencapainya .
“
Daniel ! ” Aku setengah berteriak memanggilnya . Dia yang baru beberapa langkah
meninggalkanku , berhenti seketika . Berbalik , dan menatap punggungku .
“
Kau akan mengatakan apa lagi ?! ” Dengan sinisnya ia bertanya padaku .
Lagi-lagi , aku harus berusaha bertahan sendiri . Agar tak jatuh terkapar
begitu saja , karna emosiku yang semakin tak karuan . Tensi ku akan semakin
rendah .
Aku takut itu , Tuhan …
“Apa
kau tidak merasa di rugikan ? Jika kau , hanya bisa mengatakan kepadaku , kalau
aku penyebab ini semua !? Apa kau tidak rugi ? ” Dengan sepenuh ketegaran , ku
keluarkan suaraku yang tersimpan dalam peti mati pita suaraku . Aku harus bisa
berlagak seperti orang yang pernah ia katakan . Thomas Alpha Edison . Dia
selalu menyemangatiku , dengan nama orang itu yang selalu ada di setiap lecutan
penyemangatnya utukku . Aku sadar , dia sangat berharga bagiku . Sama hal nya
dengan sebuah mahkota . Walaupun sejatinya , ia tampak begitu kusam .
“
Merasa di rugikan ?! Kupikir tidak . Tidak sama sekali . Aku hanya mengisi
waktu luangku yang tersisa . Bukankah , itu yang selalu kau katakan padaku ?
Mengisi waktu luang yang tersisa .” Aku tahu bagaimana tatapan kedua matanya
padaku . Walaupun aku tidak menatapnya . Waktu , seakan bisa membuatku
memahaminya .Dan, itu hanyalah hal terpahit yang pernah terjadi.
Ku
tutup kedua mataku . Menahan air mata yang tak kunjung berhenti .
Tuhan .. , apakah aku salah
selama ini ?
“Kau
tidak perlu mencemaskanku . Tidak perlu sama sekali . Anggap saja , kita tidak
saling kenal . Hanya manusia yang tiada apa-apanya di dunia ini . “ Ku dengar
helaan nafasnya yang juga memburu . Dan aku tahu , dia juga tidak pernah
mengharapkan , semua ini akan terjadi . Tapi , mau bagaiman lagi ?! Karna , aku
hanya sekecil atom . Di waktu ini , dan waktu yang tak tentu .
“Baiklah
! Aku tahu itu ! … Aku melanggar semuanya ! Akan aku lupakan semuanya ! Dari
awal , hingga akhir . Sesuai permintaanmu , akan aku lakukan semua yang kau mau
. ” Akhirnya , hanya kata-kata itu yang bisa ku ucapkan untuk terakhir kalinya
padanya . Untuk terakhir kalinya . Dan , Daniel , pergi dari ruanganku begitu
saja , ketika kalimatku sudah ada di ujung pembicaraan . Aku hanya bisa
tertunduk .
Selamat tinggal … , Daniel . Aku
berjanji , tak akan ku ulangi kesalahan ini lagi . Ya , aku berjanji .
# # # # #
Terkadang
, setiap orang di dunia ini mempunyai kesalahan yang tak pernah di inginkannya
. Dan terkadang , setiap orang di dunia ini , mendapatkan takdir yang menyakitkan
. Tetapi , kurasa , takdir ini hanya ada pada ku . Hanya ada pada kehidupanku .
Aku menyadarinya dari dulu . Sejak aku lahir ke dunia ini .
Kau
tahu ?
Aku
bukanlah seorang gadis yang bisa seperti Thomas Alpha Edison . Terbanting , dan
selalu bangkit lagi . Aku hanyalah seorang gadis , yang hanya mempunyai sebuah
mimpi , yang tak ada gunanya . Bahkan , mati-matian pun aku berusaha , aku
hanya akan mendapatkan secuil debu yang akan berterbangan .
# # # # #
Tuhan , aku lelah dengan semua ini …
Ku
raih Mp3 yang ada di laci meja sebelah ranjangku . Saat ini , aku ingin
mendamaikan hati yang berkecamuk ini , dan jiwa yang tak karuan ini .
-Because
I’am Weary .
On
!
Lagu
ini yang selalu menemaniku , saat aku kehilangan arah . Saat aku , benar-benar
tidak tahu harus berbuat apa . Detik-detik ini , sangat berharga bagiku .
Waktuku hanya sedikit .
Tanpa
menunggu lama , ku lupakan masa lalu yang mengganggu pikiranku tadi . Segera ku
hidupkan laptop berwarna biru langit itu . Saatnya bagiku , untuk berusaha .
# # # # #
“
Bagaimana kabarmu ? ” Dia menghampiriku . Aku hanya bisa terkejut dengan
kedatangannya kemarin sore itu .
Aku
hanya mengangguk pelan . Tidak tahu harus menjawab apa .
“Aku
, kesini , hanya ingin memberikan naskah yang ada di tanganku kepadamu . ” Dia langsung memberikan naskah itu padaku .
Dan pergi begitu saja . Untuk beberapa saat , aku hanya bisa terdiam .
Apakah itu benar-benar dia ?
Daniel ?
# # # # #
“ Hahh !
.. , bagaimana aku akan serius ? Jika sedari tadi , hanya masa lalu yang ada di
benakku ! ” Aku menjauh dari laptop yang
sudah menyala itu . Dengan kesal , Mp3 aku matikan dengan paksa . Ku dekati
bingkai jendela . Siluet sore ini , begitu sendu .
Hanya
tinggal beberapa kalimat lagi , aku akan menyelesaikannya . Aku akan menepati
janji yang pernah ku ingkari itu . Akan ku tepati semuanya .
Ku hirup
udara yang masuk ke ruanganku . Mencoba untuk mencari inspirasi . Aku teringat
dengan naskah yang Daniel berikan padaku kemarin sore . Segera ku ambil naskah
pemberiannya itu .
Audrey ,
Aku
bersumpah , akan mengutuki diriku setelah bertemu denganmu sore ini .
Aku
benar-benar tidak bisa melupakanmu .
Janji-janji
itu , seakan masih ada di tanganku .
Aku
selalu menunggu mimpimu itu menjadi nyata . Walaupun aku takut , untuk
membantumu lagi .
( Daniel
# Just a trouble maker for you ! L )
Ku remas
selembar kertas yang terselip di antara kertas-kertas naskah itu . Aku tertawa
pelan .
Aku tahu
, kau akan merugikan dirimu sendiri . Tetapi , kini aku sadar , kau bukanlah
seorang teman . Melainkan , hanya orang biasa , yang bernafas dengan watakmu ,
di dunia ini . Biarlah bulir waktu ini yang berbicara tentang bisunya watakmu .
# # # #
#
Setahun
lamanya telah terlewati . Semuanya telah terjadi . Kini , aku akan membuka
waktu yang baru .
Tetapi ,
aku masih ada di takdir yang salah . Tentu saja . Akan ku salahkan semua
takdirku ! Tapi , untuk saat ini , tidak lagi . Tidak lagi seperti takdir yang
dulu .
Daniel
dan Nathan .
Mau
bagaimanapun , mereka berdua sama . Hanya alfa pada kedua mata mereka yang
berbeda .
Lima
hari setelah ku kurung diriku di apartemen karena pertemuan dengan Daniel itu ,
Nathan datang dengan kedua matanya yang semakin membuatku tertarik , untuk
terus menatapnya . Dia membawa janjinya . Membantuku . Mengedit naskah-naskahku
. Bahkan , menemaniku untuk memberikan naskah-naskah itu ke penerbit , empat
bulan yang lalu . Dia bukan seperti Daniel .
Dan
akhirnya , hari ini semuanya telah berakhir . Aku tidak peduli lagi dengan
Daniel yang selalu muncul tiap sore di depan apartemenku . Entah apa yang ia
lakukan . Ia hanya duduk di taman sembari mendengarkan musik . Setiap sore .
Aku tidak pernah peduli . Walaupun aku tahu , dia selalu menatapku dari
kejauhan . Entah apa yang ada di pikirannya .
Naskah-naskah
itu telah ada di toko-toko buku terkenal . Tercetak beribu eksemplar . Aku
hanya bisa tersenyum sendiri , saat mengingat masa lalu ku .
Semuanya
memang di tangan Tuhan …
Kemarin
sore , Nathan kembali menyemangatiku .
Dan aku akhirnya bisa bernafas dengan lega , ternyata , dia bisa menepati
janjinya . Tapi , satu yang masih ada di pikiranku . Darimana dia mengetahui
elegi masa laluku itu ? Dan , siapakah
dia sejatinya ? Aku selalu lupa menanyakan hal itu padanya . Biarlah .
Hari ini
, aku harus menghadiri sebuah acara . Pertama kalinya , aku di undang menjadi
pembicara , di kota tak terduga , dan negara yang tidak bisa di percaya . Aku
akan berangkat ke Rusia , enam jam lagi .
Ku
keluarkan sapu tangan berwarna hijau daun itu . Pemberian Nathan untuk pertama
kalinya . Aku kembali tersenyum . Akhirnya , aku bisa merasakan kebahagiaan .
Audrey ,
Nathan
ada di rumah sakit …
Satu
pesan baru saja masuk ke inbox ku . Dari Kefza .
Aku
terdiam dengan pesan itu . Nathan ? Dia
sakit apa ? Jantungku berdegup kencang . Tiba-tiba saja tanganku mulai
bergetar . Sapu tangan pemberian Nathan , terlepas dari genggamanku . Ku raih
sapu tangan itu dengan jari-jariku yang tiba-tiba tak berdaya . Segera ku
tanyakan pada Kefza .
Nathan
ada di rumah sakit mana ?
Kefza
memberitahuku lokasi rumah sakit itu . Tanpa pikir panjang , aku segera berlari
. Berlari entah kemana . Jantungku semakin berdegup kencang . Aku tidak tahu
kenapa .
Nathan ,
izinkan aku untuk menangis saat ini . Aku takut .. , aku takut , kehilanganmu .
Aku takut … , aku takut … Air mataku satu persatu jatuh .
Nathan …
, kau sakit apa ?
Tiba-tiba
, hujan begitu saja jatuh . Aku tidak mungkin mencari tempat berlindung . Aku
harus segera ke rumah sakit , tempat Nathan terbaring . Hujan mengguyurku
dengan kasar . Lariku semakin tak tahu arah . Tangisku benar-benar pecah . Aku
tidak tahu , kenapa aku bisa seperti ini saat ini . Aku tidak tahu . Pakaianku
sudah basah kuyup . Ku tatap langit yang menjatuhkan air hujan ini dengan
perlahan . Hanya ada aku , di bawah langit yang hujan ini . Hanya ada aku , di
antara keramaian yang bisu ini .
Apakah
aku masih ada waktu , Tuhan ?
Belum
sempat aku berlari jauh , ponselku kembali berbunyi . Tanpa pikir panjang ,
segera ku buka pesan itu dengan tanganku yang mendingin . Aku benar-benar takut , Tuhan …
Audrey ,
Dia.. ,
Telah
pergi ….
Maafkan
aku yang tidak memberi tahumu sebelumnya .
Dia yang
memintaku , untuk merahasiakannya darimu .
Maafkan
aku …
Langkahku
terhenti . Nafasku memburu satu-persatu . Aku menangis di antara keramaian kota
ini . Aku benar-benar tidak peduli lagi . Aku tidak tahu harus bagaimana lagi .
Aku benar-benar seperti manusia terkutuk . Ku banting ponsel ku ke arah yang
tak tentu . Aku jatuh terduduk , di bawah langit yang masih saja bersedih .
Langit seperti ikut menangis sepertiku . Ku maki diriku sendiri , di antara
semua mata yang menatapku heran . Aku tidak peduli dengan tatapan mereka . Aku
hanya ingin tatapan ke dua mata itu . Aku hanya ingin tetap selalu menatapnya .
Kedua mata bulat sipit yang indah itu , dan bibir yang selalu tersenyum tulus
itu .
Aku benci . Aku benci dengan semua keadaan yang ada
padaku.
Bahkan ketika bahagia menyergapku , Tuhan masih saja
mempermainkan kedamaian itu . Lalu dimana kah letak yang sempurna untuk ku ??!
# # # #
#
Nathan ,
masih ada di memoriku .
Kedua
mata itu , dan senyum itu . Tidak akan pernah bisa aku lupakan .
Apakah
aku memang dilahirkan untuk menjadi manusia seperti ini ? Hanya tercipta ,
untuk sebuahtakdir yang menyakitkan?!!
Aku ,
Audrey Greftda .
Seorang gadis berusia 17 tahun , yang di
ciptakan oleh Tuhan , untuk sebuah takdir yang menyakitkan .
Padang , 18 Januari 2014 ( at 08.20 p.m )
At Valencia class
#Tercipta di bawah langit , yang masih saja mendung sedari
tadi
Ada beberapa karya sahabat lainnya
Juga Buku yang wajib dibaca
Posting Komentar untuk "Petarung yang Terluka"