Mukena Cantik di Ramadhan Pertamaku
2011 adalah saat yang paling mendebarkan buatku. Pertama tentu saja itu adalah awal aku menjalani Ramadhan pertama bersama keluarga kecilku, suami dan dua anak yang lucu, juga janin yang baru seumur jagung di dalam kandunganku. Ya, tentu saja itu mendebarkan. Sebab dalam dua puluh sembilan tahun, itu pertama kali aku merasakan indahnya bulan menuju kemenangan.
Sebagai muslimah baru, saat itu aku benar-benar merasa galau. Sebab solat saja masih patah-patah. Al-fatehah dan surat-surat pendek sudah mampu kuhafalkan, namun dalam hati berkata, apa Allah bosan ya doaku itu-itu saja heheh.
Bicara soal mukena, aku memakai mukena yang ada di lemari. Mukena milik bundanya anak-anak. Ada sedikit sobek di depannya, tapi kata suami, pakailah dulu, nanti bila ada rezeki dibelikan yang baru. Walau hati sedikit sesak dan protes, kenapa harus dapat yang bekas, tapi aku tetap menggunakannya, masa' iya sholat gak pake mukena?
Selama bulan ramadhan itu walau aku sedang hamil muda, aku rutin berpuasa. Biar bagaimana juga itu pertama buatku. Ada perasaan haru karena ternyata aku juga bisa berpuasa seperti yang lainnya.
Menjelang hari-hari terakhir di bulan Ramadhan, suami pulang membawa sebuah bungkusan. Sebuah mukena putih berenda dengan bahan yang halus dan lembut juga dingin dikenakan.
"Maaf, telat memberikannya pada Bunda. Semoga Bunda jadi tambah rajin sholatnya. Jadi istri yang sholehah dan ibu yang baik buat anak-anak," ujar suamiku sambil mengelus perut yang belum membesar.
Sekarang sudah 2015, dan sebentar lagi kembali menjalani bulan Ramadhan. Aku masih setia dengan mukena cantik sederhana pemberian suami empat tahun lalu.
"Tulisan Ini Diikutkan dalam Giveaway Menyambut Ramadhan"
Sebagai muslimah baru, saat itu aku benar-benar merasa galau. Sebab solat saja masih patah-patah. Al-fatehah dan surat-surat pendek sudah mampu kuhafalkan, namun dalam hati berkata, apa Allah bosan ya doaku itu-itu saja heheh.
Bicara soal mukena, aku memakai mukena yang ada di lemari. Mukena milik bundanya anak-anak. Ada sedikit sobek di depannya, tapi kata suami, pakailah dulu, nanti bila ada rezeki dibelikan yang baru. Walau hati sedikit sesak dan protes, kenapa harus dapat yang bekas, tapi aku tetap menggunakannya, masa' iya sholat gak pake mukena?
Selama bulan ramadhan itu walau aku sedang hamil muda, aku rutin berpuasa. Biar bagaimana juga itu pertama buatku. Ada perasaan haru karena ternyata aku juga bisa berpuasa seperti yang lainnya.
Menjelang hari-hari terakhir di bulan Ramadhan, suami pulang membawa sebuah bungkusan. Sebuah mukena putih berenda dengan bahan yang halus dan lembut juga dingin dikenakan.
"Maaf, telat memberikannya pada Bunda. Semoga Bunda jadi tambah rajin sholatnya. Jadi istri yang sholehah dan ibu yang baik buat anak-anak," ujar suamiku sambil mengelus perut yang belum membesar.
Sekarang sudah 2015, dan sebentar lagi kembali menjalani bulan Ramadhan. Aku masih setia dengan mukena cantik sederhana pemberian suami empat tahun lalu.
"Tulisan Ini Diikutkan dalam Giveaway Menyambut Ramadhan"
alhamdulillahh.. punya suami yang penyayang itu membahagiakan ya mba..
BalasHapusselamat ya mba atas hidayahnya, semoga setiap langkah yang mba lakukan di ridhoi oleh Allah, aamiin..
Alhamdulillah, iya... makasih ya mbak Merida .. Aamiin
Hapusmasih awet ya mba mukenanya :)
BalasHapusAwet, sebab mau mintak lagi sungkan hehehe. Mukena pertama 4 tahun lalu. heheh. Bahannya agak tebel, putih polos, berenda. Walau sekarang warnanya sudah agak kusam, tetep dipake, soalnya gak ada yang lain hahah
Hapusaweeet dan kangenin ya mak ...
BalasHapusiya mak ... yang paling bikin betah adalah, mukena itu seperti ikut menyimpan rahasiaku. Berapa tetes air mata yang terusap di tubuhnya yang kini tak lagi putih. heheh
HapusSubhanallah.. :')
BalasHapus