Harga Rp 49.000,-.
ISBN/EAN 9786020302973 / 9786020302973.
Pengarang Pringadi Abdi , Sungging Raga.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Maret 2014
Beberapa waktu yang lalu Simbiosa Alina sudah hadir di pintu
teras rumah. Tak langsung kubuka sebab ia terdampar di rumah orang tuaku.
Hehehe Tak penting, abaikan!
Buku bersampul imut (kukatakan begitu sebab beneran bikin gemas)
ini baru bisa kubaca setelah dua minggu berlalu. Terima kasih sekali buat
Pringadi A.S yang sudah mengirimkan Kumcer indah untukku.
Kumpulan cerpen Simbiosa Alina ditulis oleh dua sahabat
(SKSD) yang karya-karyanya pertama kali kubaca sejak bergabung di sebuah komunitas
menulis online kemudian dot kom. Karakter mereka berdua cukup lekat di ingatanku.
Cinta … satu kata ribuan kisah takkan habis bila bicara soal
cinta dan turunannya. Tentang kepedihan karena cinta yang tiada berkesudahan.
Tentang luka karena tak bisa menggenggam cinta, dan masih banyak lagi …
Semuanya bisa ditemui dalam dua puluh kisah di buku ini.
Entah apa yang ada di benak Sungging dan Pring ketika
menuangkannya dalam rangkaian kata, yang jelas membacanya tak cukup sekali
untuk bisa mengerti. Tak melulu, ada beberapa yang memang imajinasiku tak
sampai hanya dengan selintas mata.
Ada satu cerpen Sungging yang membuatku haru dan larut.
Slania. Mengingatkanku pada satu momen indah di Lempuyangan, saat tahun baru
2011. Kalau saja saat ini aku tidak bersama suamiku, tentulah kubayangkan
sepasang kakek dan nenek di sana itu aku dan kekasihku. Seratus dua puluh tahun
harapan yang sungguh ajaib. Walau aku kurang begitu suka dengan eksekusi
Slania, tetap menyisakan tanya dalam imajinasiku.
Cerpen Pring, kebanyakan berkisah tentang cinta dan kasih
tak sampai. Barangkali sebagian besar diangkat dari kisah pribadinya mencari
cinta yang sesungguhnya. Ah, andai saja aku tak mengenal sebagian kecil
darinya, tentu takkan bisa berkata ini. Pring memang lembut memainkan kata-kata
di cerita cintanya. Membacanya seolah sedang berbicara langsung walau hanya
lewat telepon seluler.
Aku penyuka kisah romantis, apalagi yang berujung tragis.
Bicara selera, aku menyukai racikan kata di kumpulan cerpen ini. Kisah Sungging
dalam Sebatang Pohon di Loftus Road dan Kisah Pring dalam Mi Zuerido membekas
di hatiku.
Secara keseluruhan, dua puluh cerita di dalam buku ini cukup
memuaskan. Walau tak habis satu hari aku membacanya, ia tetap layak dilahap
hingga lembar terakhir. Hanya saja, bagiku, Sungging dan Pring sepatutnya
membuat yang lebih dari ini. Mengingat beberapa tulisan sebelum ini justru
lebih tertanam di benak.
Tertarik mendapatkan buku ini dengan tanda tangan asli
penulisnya? Hubungi saja penulisnya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar