Ide, Di Manakah Kau Berada?
Sebagai penulis, hal yang paling utama selain kemauan yang
keras untuk menulis apalagi kalau bukan yang satu ini, IDE.
Tak jarang saya menemui teman-teman mengeluhkan si IDE yang
tak kunjung datang. Kalau sudah begitu, pasti deh tak ada yang dikerjakan
selain menatap layar kosong sambil garuk-garuk kepala atau mungkin ngupil. Hehehe.
“Kok kayaknya kamu enak aja sih nulis. Tiap hari kayak keran
bocor. Nemu ide dari mana sih? Bagi-bagi napa?”
Hellow, lihat
sekelilingmu. Ide segitu banyaknya kok dianggurin.
“Mana, mana, mana? Nggak ada apa-apa gitu...”
Hadeh. Ide itu bertebaran di mana-mana. Samping kanan, kiri,
depan, belakang tempatmu berdiri. Kamar, jalanan, toko fotokopi samping rumah,
warung pinggir jalan, langit biru, awan mendung, hangat matahari, bahkan matamu
sendiri bisa jadi ide. Hanya saja untuk menangkap ide itu agar tak berlarian
kesana-kemari, butuh kepekaan membaca situasi sekelilingmu. Tak cuma peka, kita
juga kudu punya kemampuan mengimajinasikan apa yang kita lihat dan kita
tuangkan dalam cerita.
Nah, memang tak setiap menit otak kita menangkap isyarat ide
untuk dijadikan cerita. Ide yang suka melompat itu datang sewaktu-waktu. Supaya
kita bisa siap sedia ketika otak menangkap sinyal ide menarik itu, harus punya
senjata. Apalagi kalau bukan pena dan kertas. Tapi hari gini rasanya ribet
kalau bawa dua benda penting itu. Kecuali yang memang terbiasa menyelipkan
senjata ampuh itu di saku baju atau celana. Hari gini, pasti pada pegang hape
kan. Nah itu bisa dimanfaatkan. Jangan Cuma buat chatting atau telponan saja.
“Ah, diinget di otak saja lah, daya ingatku kan masih
tinggi.”
Hmm... Percaya deh, ingatan saja tidak cukup. Catat! Dan
ide-ide yang kamu tangkap itu akan abadi di catatanmu. Ketimbang simpen di
otak, gampang lupa. Bayangkan bila dalam sehari, perjalananmu menuju sekolah,
kantor, pasar atau mana pun, kamu bisa menangkap puluhan ide. Tak perlu ditulis
semua dalam satu cerita. Simpanlah idemu, dan bisa kamu gunakan sewaktu-waktu.
Masih bertanya lagi, di mana ide?
Bahkan saat saya menulis ini, di hadapan saya ada tiga orang
remaja. Tampaknya habis pulang kegiatan sekolah. Dua cewek dan satu cowok.
Kalian tahu apa yang sedang mereka lakukan? Salah satu cewek yang mengenakan
baju biru muda dengan rambut diikat ekor kuda sedang menangis. Aha! Ini ide
bagus untuk menulis sebuah cerpen.
Sudah dulu ya, saya mau segera menulis cerita dari apa yang
saya lihat. Oh Ide, kau memang baik hati padaku.
By. Rina RInz
*Artikel pernah dimuat di http://kinomediawriter.co.id/
Posting Komentar untuk "Ide, Di Manakah Kau Berada?"