Telah meninggal dunia karena kecelakaan lalulintas....
Syuuut, aku bangun terduduk dengan keringat
mengucur. Kulihat jam dinding, subuh masih satu jam lagi. Sayang sekali aku
sedang berhalangan. Aku butuh curhat, mimpi barusan membuatku tak tenang. Kau
mengalami kecelakaan mobil, namamu muncul menjadi berita utama lengkap dengan
fotomu besar-besar di sebuah koran. Astaghfirullah....aku tidak bisa membedakan
yang mana firasat, yang mana luapan rindu dan khawatir yang berlebihan. Semoga
saja, ini hanya karena aku sempat membaca statusmu, bahwa kau besok siang mudik
ke desa dengan menyetir mobil sendiri.
Saat mimpi tentangmu begitu mengerikan, aku
teringat sempat berfikir, barangkali kehilangan kehilangan dengan cara lain
tidak akan sesakit ini. Barangkali jika dipisahkan maut, segalanya lebih
ringan. Bukan, bukan berarti aku punya pikiran membunuhmu seperti yang
dilakukan ABG-ABG labil terhadap mantannya belakangan ini. Tidak sejauh itu.
Aku hanya membayangkan, barangkali jika hubungan kita baik-baik saja dan Tuhan
mengambilmu dengan cara lain, aku tidak sesedih ini.
Aku salah, ternyata tidak seringan itu. Bahkan baru memimpikannya saja
keringatku mengucur deras, jantngku berdetak cepat. Aku mengucap istighfar
berkali-kali. Ini mimpi, semoga ini hanya mimpi. Bukan firasat, bukan pertanda,
bukan hukuman atas pikiran anehku. Maafkan aku Abang, aku bukan mendoakanmu
cepat mati. Bukan itu mauku.
Lalu urusan cintaku mendadak sederhana. Aku berdo'a sepanjang waktu, semoga kau
baik-baik saja, semoga kau sehat-sehat saja. Urusan menjadi istrimu, urusan
menjadi madumu, urusan bertemu, urusan rindu, urusan lain menjadi kalah penting
dibanding keselamatanmu. Aku bukan takut akan merasa bersalah ketika kau celaka,
aku lebih takut kau celaka daripada rasa bersalah itu sendiri. Aku ingin kau
baik-baik saja. Aku mohon baik-baik saja lah kau di sana.
Itulah yang membuatku kebingungan mencarimu kesana kemari. Aku ingin tahu
kabarmu. Aku ingin memberi pesan agar kau berhati-hati, orang bilang firasat
buruk akan batal terjadi bila kita sampaikan. Aku tak pernah percaya mitos,
tapi aku melakukannya. Setidaknya bukan mitos yang kupercayai, tapi
mengingatkanu berhati-hati barangkali cukup berguna agar kau mengecek kembali
semua persiapan perjalananmu.
Dan syukurlah. Terimakasih kau baik-baik saja. Alhamdulillah kau sehat-sehat di
sana.
Aku jadi memahami, apa yang dirasakan seseorang laki-laki yang begitu
mengkhawatirkanku, laki-laki yang mencintaiku dengan sisa usianya tapi tak lagi
mendapat tempat di hatiku. Aku selama ini menganggapnya mengada-ada dengan
pesan-pesannya, bahwa dia memimpikanku kecelakaan, bahwa dia punya firasat
buruk tentangku. Maaf, selama ini aku mencibir membaca pesanmu wahai teman
lama. Kali ini aku mengalaminya untuk si Elang.
Mbak, kasih ilustrasi. Biar cakep kayak tulisannya.
BalasHapus